Bersahabat bukan Berteman
By admin - Posted on 22 July 2013
Pernahkah saudara merenungkan kenyataan bahwa kita akan sendiri
tanpa siapapun dan apapun. Sekarang ini, ketika banyak orang ada di
sekitar kita, kita tidak memikirkan hal itu sama sekali. Setiap saat
ketika menginginkan siapapun untuk menemani kita, mereka bisa datang.
Apalagi kita yang memiliki kekuasaan, kekayaan, kita bisa menghadirkan
siapapun untuk mendampingi. Tetapi suatu saat kita akan dipisahkan
dengan semua orang, dan tidak seorangpun dapat menghindarkan diri dari
kenyataan ini. Kenyataan tersebut baru dapat kita hayati pada waktu
tengah malam, ketika terjaga dan semua orang sudah terlelap tidur.
Penghayatan ini akan lebih kuat lagi pada waktu seseorang terbaring di
salah satu ruang ICU rumah sakit seorang diri. Sudah siapkah saudara
terhadap saat tersebut yang pasti terjadi dalam hidup saudara?
Sungguh suatu kecerobohan, jikalau seseorang mengabaikan hal ini.
Binatang tidak perlu memikirkan hal tersebut, sebab mereka mahluk yang
tidak memiliki kelanjutan keabadian. Berbeda dengan manusia yang akan
memasuki lembah bayang-bayang maut. Dalam beberapa kesempatan sebagai
pelayan jemaat yang mengunjungi orang yang sedang ada di ujung maut,
saya menjumpai orang-orang yang ketakutan dilembah akhir hidup tersebut.
Itulah sebabnya pelayanan gereja harus serius memperkarakan hal ini. Di
pihak lain, jemaat Tuhan harus serius mau mendengar, menangkap pesan
ini dan memperkarakan dalam hidupnya. Harus diusahakan sebelum seseorang
memasuki lembah akhir hayat tersebut sudah sungguh-sungguh bersahabat
dengan Tuhan. Itulah sebabnya Tuhan Yesus mengatakan: Ikatlah
persahabatan dengan mempergunakan Mamon yang tidak jujur, supaya jika
Mamon itu tidak dapat menolong lagi, kamu diterima di dalam kemah abadi
(Luk. 16:9). Perhatikan kata persahabatan dalam ayat ini, yaitu 'philos'
atau 'filos' bukan teman 'hetarios'. Kata hetarios adalah kata yang
digunakan TUhan Yesus untuk menyapa Yudas di taman Getsemani ketika
mengkhianati diriNya (Matius 26:50). Berkenaan dengan ini, banyak orang
Kristen yang merasa sudah bersahabat dengan Tuhan padahal barulah
berteman. Mereka memang tidak berteman dengan setan melalui dukun,
tetapi mereka hanya berteman dengan TUhan melalui gereja dan pendeta.
Jemaat datang ke gereja diajar untuk berteman dengan Tuhan, yaitu
bagaimana memanfaatkan Tuhan untuk segala persoalan dan kebutuhan yang
berkenaan dengan pemenuhan jasmani dan ambisi serta cita-cita manusia.
Tetapi mereka tidak diajar untuk menjadikan Tuhan sebagai sahabat.
Dengan cara ini mereka sebenarnya bersikap tidak pantas terhadap Tuhan.
Banyak orang Kristen yang merasa sudah bersahabat dengan Tuhan padahal baru pada level berteman.(dikutip dari uraian Dr.Erastus Sabdono)